Padang-Tigo
Tungku Sajarangan perlu direvitalisasi untuk meningkatkan peranannya di
tengah masyarakat, untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya aksi
bunuh diri di Kota Padang khususnya.
Pgs Rektor IAIN Imam Bonjol,
Prof Asasriwarni kepada Singgalang di Padang, Selasa (7/4) mengakui,
keberadaan dan fungsi tigo tungku sajarangan kini memang sudah jauh dari
harapan. Kebanyakan mereka, tak berada di tengah kaumnya sehingga tak
bisa mengawasi atau mengontrol anak kemanakan.
Disebutkannya,
merebaknya kasus bunuh diri di Kota Padang dan daerah lain di Indonesia
sebagai dampak menipisnya nilai keimanan. Ketika mereka tertimpa suatu
masalah atau persoalan dan tak bisa mengatasinya, maka menempuh jalan
pintas mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
Padahal, Allah
SWT telah menjamin tak ada persoalan di muka bumi ini tak bisa dicarikan
jalan keluarnya. Oleh sebab itu, keimanan seseorang yang ditanya dalam
hal ini untuk bersandar kepada Allah SWT bila ditimpa musibah.
Lebih
jauh disebutkan Asasriwarni yang juga pakar hukum Islam, dosa besar dan
kekal dalam neraka bila seseorang melakukan bunuh diri. Sebab, jiwa itu
sepenuhnya milik Allah SWT.
"Orang mudah melakukan aksi bunuh
diri menganggap dengan bunuh diri segala persoalan akan selesai.
Padahal, yang dilakukan itu bukan menyelesaikan masalah malah
menimbulkan masalah baru yang lebih besar,"katanya.
Dijelaskan
Asasriwarni, Allah SWT memberikan beban atau persoalan kepada seseorang
sesuai dengan kemampuannya. Artinya, bila manusia diberi persoalan hidup
maka Allah meyakini seseorang tersebut mampu untuk mengatasinya.
Tentu,
dalam hal ini dituntut kegigihan, keuletan dan ketabahan untuk
menyelesaikannya. Jangan berputus asa atau berpatah semangat yang
ujung-ujungnya akan digoda oleh iblis untuk melakukan aksi bunuh diri
tersebut.
"Yang sangat menentukan, orangtua menanamkan keimanan
pada diri anak sejak kecil. Bila mereka memiliki bekal iman yang cukup,
maka akan bisa lebih tabah dan sabar mengatasi persoalan hidup
tersebut,"ujarnya.
Oleh sebab itu, dia mengimbau para ulama,
tokoh masyarakat dan pemerintah daerah untuk bersama-sama mengantisipasi
persoalan ini supaya kasus bunuh diri tak lagi terjadi ke depannya.
Begitu juga para guru dan dosen pun, untuk bisa membimbing siswa dan
mahasiswa mereka yang menghadapi persoalan untuk dicarikan solusinya.
Minimal, memberikan ketebalan jiwa untuk tetap tabah dan sabar serta
berjuang keras mencarikan solusinya.****
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment